Regweda VIII.71.11 menjelaskan
Tuhan Yang Maha Esa memanggil khusuk para dewata. Dia adalah sumber
kebahagiaan yang menghuni hati semua manusia. Dia adalah abadi. Dia berdiam di dalam diri manusia dengan
dua bentuk, satu sebagai Tuhan dan dua sebagai jiwa perseorangan (Atma).
Regweda I.164.20
Ada dua ekor burung (yaitu jiwa Individual dan Jiwa Agung) yang
dipersatukan dengan ikatan persahabatan, bertempat tinggal di atas pohon yang
sama (yaitu dunia material). Salah satu dari mereka (Yaitu Jiwa Indiviadual)
menikmati buah matang yang manis (yaitu hasil-hasil / akibat-akibat
perbuatannya), sedangkan yang lainnya (yaitu Jiwa yang Agung) menyaksikan
segalanya tanpa menikmati buah-buahnya (yaitu tak terpengaruh oleh hasil dari
perbuatan itu).
Dua burung yang indah dalam ayat weda di atas diterjemahkan dengan
symbol 2 anak kembar yaitu Nakula dan Sahadewa oleh Bhagawan Wyasa, yang
mengandung makna Na-kaula dan Sa-dewa (gusti) yang berdiam di dalam setiap diri
manusia. Sebagai gusti dimaksudkan disini adalah bagianNya yang berupa ROH atau
Saksi Agung yang tidak terpengaruh oleh karma (NETRAL).
Sebagai kaula (atma) adalah jiwa pribadi (pikiran/intelek) yang sangat
dipengaruhi oleh panca indria. Keduanya berasal dari satu sumber yaitu Tuhan
Yang Maha Esa dan mempunyai sifat kontradiksi (saling berlawanan dan sama
saktinya)
Bila diibaratkan dengan sebuah kereta, maka badan kasar ini adalah
keretanya, Atma adalah pikiran yang sangat dipengaruhi oleh lima kuda (panca
indria) sebagai penggerak, sedangkan ATMAN (ROH) sebagai kusirnya yang mengarahkan
jalannya kereta untuk mencapai tujuan, karena yang satu ini sangatlah liar dan
susah diatur. Dikatakan susah karena pikiran sangat mudah dipengaruhi dan
diselimuti gemerlapnya duniawi.
Badan yang diibaratkan sebagai kereta, harus dipelihara dengan
sebaik-baiknya, agar semua komponen dengan fungsinya masing-masing dapat
bergerak tanpa kendala, sehingga kita berhasil dalam mencapai tujuan. Sedangkan
Saksi yang Agung (Brahman dalam diri) sangat tergantung dari tingkatan
spiritual manusia itu sendiri, sejauh mana dia sanggup memahami keberadaan dari
dirinya sendiri.
Mempelajari hakekat Tuhan sangatlah sulit bagi orang-orang yang hati dan
pikirannya masih diselimuti oleh awidya (kegelapan), akan tetapi sebaiknya bagi
orang2 yang sudah dibukakan jalan oleh Tuhan akan selalu mendapat petunjuk
serta tuntunanNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar