Kamis, 14 November 2013

Siapakah yang kita puja??



Regweda X.121.2
Tuhan Yang Maha Esa memberikan kekuatan spiritual (Rohani) dan kekuatan jasmani (fisik). Semua para dewa mematuhi perintah-perintahNya. Kebaikan hati_nya adalah keabadian dan kemarahan Nya adalah kematian. Kami menghaturkan persembahan kepada Nya.

Yayurweda XXVI.3 (GAYATRI)
Ya Tuhan Yang Maha Esa, Sang Hyang Widhi Wasa, Engkau adalah sumber kehidupan, sumber kecerdasan, dan sumber kebahagiaan, pencipta alam semesta. Kami memuja kilauan_Mu yang bercahaya. Kami mohon bersedialah Engkau memberikan tuntunan yang benar kepada kecerdasan budi pekerti kami.

Kalo sudah disediakan jalan lurus menuju Tuhan untuk apa kita mencari jalan berliku-liku. MANTRA pemujaan Tuhan sudah disediakan yaitu GAYATRI. Weda memang sangat universal karena weda itu ayat2 suci yang dihimpun dari berbagai persraman yang berkembang pada jaman itu dengan berbagai tingkat pemikiran dan kesucian resi yang berbeda. Mungkin ada mantra untuk menyembah dewa atau leluhur tapi semua itu sudah dijelaskan kembali dalam Bhagawadgita :

BG.IX. 25
Yang memuja dewata pergi ke dewata
Kepada leluhur perginya yang memuja leluhur mereka
Dan kepada roh alam perginya yang memuja roh alam
Tetapi mereka yang memuja Aku, datang kepadaKu

Kalo dewa atau bethara itu merupakan Tuhan kenapa kita tidak cukup sekali saja melakukan persembahyangan. Apakah Tuhan di pura A berbeda dengan Tuhan di pura B. Apakah kalau kita sembahyang di pura A maka Tuhan di pura B akan marah jika kita tdk kesana. Yang marah itu bukan Tuhan tapi ghaib yang ada di masing2 pura itu. Ghaib itulah yg membutuhkan sesaji kita karena mereka dulunya juga manusia seperti : Ratu Niang sakti, Ratu Gede Dalem Ped.

Ketika Arjuna bertanya Tuhan Mana yang lebih baik disembah, Krisna mengatakan lebih baik memuja Tuhan yang termanifestasikan. Krisna menyebutkan perwujudan Tuhan yang utama yaitu "Aku adalah jiwa dalam setiap insan"

Regweda VIII.71.11 menjelaskan
Tuhan Yang Maha Esa memanggil khusuk para dewata. Dia adalah sumber kebahagiaan yang menghuni hati semua manusia. Dia adalah abadi. Dia berdiam di dalam diri manusia dengan dua bentuk, satu sebagai Tuhan dan dua sebagai jiwa perseorangan (Atma).

Regweda I.164.20
Ada dua ekor burung (yaitu jiwa Individual dan Jiwa Agung) yang dipersatukan dengan ikatan persahabatan, bertempat tinggal di atas pohon yang sama (yaitu dunia material). Salah satu dari mereka (Yaitu Jiwa Indiviadual) menikmati buah matang yang manis (yaitu hasil-hasil / akibat-akibat perbuatannya), sedangkan yang lainnya (yaitu Jiwa yang Agung) menyaksikan segalanya tanpa menikmati buah-buahnya (yaitu tak terpengaruh oleh hasil dari perbuatan itu).
 

3 komentar:

  1. ini hnya kmentar brdsarkn kbodohan saya,
    Tentu Tuhan hnya 1, tetapi yg melinggih dmsing" Pura pstilah brbeda, Khyangan Tiga msalnya, Brahma,Wisnu, Siwa itu kn brbeda, wujud, rupa, n fungsinya sdh jls tidak sama.
    mnrut sya ghaib jg tdak akan mrah apbila qt tdak sbhyang di pura B, mengapa??? itu smw krna wktu, dsetiap Pura slalu ada Pujawali, dan Pujawali itu dlksnakan dgan wktu yg brbeda, jdi apbila qt tdk sbhyang dPura B, tntu Ghaib itu sndri mnydari n mngrti, krna blum saatnya qt smbhyang dsna,dan byasanya Ghaib itu akan hadir dan Ngayah di Pura A.
    mhon prbaikannya apabila sya keliru,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih atas pertanyaannya.. ini memerlukan penjelasan panjang.. mengenai Pura, Para Dewa, Gaib ataupun Bethara. Tp yang dapat saya jelaskan secara singkat dsini adalah Para Dewa sebenarnya tidak berstana disuatu Pura tetapi Beliau memiliki Loka nya masing2 di swarga loka misalnya siwa loka tempat Dewa Siwa, indra loka tempat Dewa Indra dsb jadi hanyalah symbol… Dan sesuai sloka weda Om tat sat ekam evam advityam Brahman.. satu-satu nya yang patut kita puja dan mohon perlindungan adalah Tuhan, karena para Dewa sesungguhnya bertugas dan bekerja atas kehendak Tuhan bukan atas permohonan manusia.

      Nah sedangkan gaib(bethara/leluhur) yang menghuni suatu Pura biasa nya memiliki tingkat spiritual tertentu sehingga di ijinkan untuk bestana di Pura tsb.. tetapi di Pura sbg manusia kita tidak saja berdoa untuk diri kita sendiri tetapi kita jg patut menghormati dan mengirimkan doa (Gayatri) kepada Tuhan untuk gaib tsb.. shg Tuhan tidk saja memberkati manusia itu tetapi juga para gaib tersebut, demikian juga dengan Bhuta Kala ataupun dunia ini patut untuk di doakan supaya terjalin keharmonisaan dan kedamaian di alam semesta ini (TRI HITA KARANA)

      Hapus
  2. Ijin sharing, Kamo menurut tyangn. kembali ke BG IX sloka 25 diatas. Jika kita yakin Tuhan itu 1 dan tidak ada duanya, maka sembahyang yang kita lakukan hanya untuk Beliau. Sedangkan para dewa, leluhur dan gaib-gaib lain kita hanya saling menghormati sebagai mahluk sama-sama ciptaan Tuhan. Mungkin kita pernah dengar ttg orang yang tidak mebanten di suatu tempat/pura, maka gaib-gaib itu akan bikin kita menderita atau ngrebeda.

    BalasHapus