Rabu, 27 November 2013

SEDULUR PAPAT KELIMA PANCER (HAKEKAT DIRI MANUSIA)

Hakekat dari mantra Uttpati, Sthiti, Pralina Mantra Uttpati : OM, I Ba Sa Ta A Ya Na Ma Ci Wa, Om Mang Ung Ang Bila kita cermati kandungan makna yang terdapat dalam mantra Uttpati dapat kita jumpai aksara (simbol) yang jumlahnya 10 (sepuluh) yaitu I Ba Sa Ta A Ya Na Ma Ci Wa dan sering disebut dengan Dasaksara. Aksara Ya adalah sebagai penegas makna disatukan dengan aksara I, sehingga jumlah aksara menjadi 9 (sembilan). Angka 9 adalah sebagai simbol dari kesempurnaan. Berawal dari I (Tuhan), ditiupkan Ba (Atma) ke dalam Sa (Prakrti) dibangkitkan dengan energi Matahari (Ta), maka terciptalah A (Brahma) yang berwujud manusia, Ya Na Ma Ci Wa, maksudnya, ya namamu Ciwa. Disini yang dimaksud adalah baru hanya nama, tetapi belum Ciwa. Tri aksaranya berurutan Mang Ung Ang.

Dalam proses penciptaan aksara I (Tuhan Yang Maha Pencipta) memegang peran dalam menciptakan A (Brahma) yaitu salah satu wujudnya manusia. Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna setingkat di bawah Dia. Dikatakan sempurna karena manusia diciptakan dalam satu wujud nyata yang terdiri dari sembilan wujud maya. Dikatakan maya karena sukar dilihat dengan mata biasa dan dikenal orang sebagai Dewata Nawa Sanga (sembilan sinarnya Tuhan). Posisi dari Dewata Nawa Sanga tersebut adalah 4 (empat) berada di luar diri manusia dan 5 (lima) lainnya matrap/bersatu didalam badan manusia atau disebut lima pancer. Empat diluar sifatnya menjaga dan menggoda yang wujud fisiknya berupa : air kawah, lamas, darah merah dan ari-ari. Ke-empat unsur ini dalam ajaran kanda pat dikenal dengan nama Anggapati, Mrajapati, Banaspati dan Banaspati Raja. Pemahaman tertinggi di Bali yang sampai sekarang masih dipelajari hanyalah tentang empat unsur manusia yang berada di luar dirinya (kanda pat) yaitu Sa, Ba, Ta. A, sedangkan lima lainnya belum diketemukan ataupun dipelajari/dikaji.

Lima unsur yang berada di dalam diri manusia yang disembunyikan sejak manusia diciptakan oleh Tuhan adalah I, Na, Ma, Ci, Wa. Perwujudannya yang muncul adalah berupa sifat yaitu : Satwam (baik), Kroda (marah), Kama (nafsu birahi), Lobha (serakah), Matsarya (iri hati). Kroda, Kama, Lobha dan Matsarya, adalah merupakan empat musuh utama (Catur Ripu) dari manusia. Ke-lima unsur ini, bersatu dalam satu wujud yaitu PIKIRAN dan berkedudukan di kepala. Bagi umat Hindu di Bali lebih dikenal dengan simbol Omkara sungsang (terbalik). Kenapa disimbolkan terbalik? Karena pikiran yang masih dipengaruhi oleh Panca Idria lebih cenderung untuk bersifat negatip dan merusak sesuai dengan sifat dari Ciwa. Siapakah pikiran itu?

Bhagavadgita Bab X Sloka (22) mengatakan:
”..indriyanam manas cha ‘smi..”
dari semua indria Aku adalah pikiran.

Jadi pikiran itu adalah unsurnya Tuhan. Simbol dari lima pancer dalam upacara caru adalah ayam berumbun, sedangkan empat unsur yang di luar disimbolkan dengan ayam berwarna putih, kuning, merah dan hitam. Dalam cerita Mahabrata lima unsur yang berada didalam manusia disimbolkan oleh 5 orang Panca Pandawa dan empat unsur yang diluar diri manusia disimbolkan oleh empat punakawannya. Maka, manusia janganlah berhenti pada tingkat pengetahuan kanda pat karena belumlah sempurna, berusahalah mencapai tingkat yang lebih tinggi adalah KANDA SEMBILAN yaitu penyatuan sembilan sinar Tuhan di dalam pure yang
sejati yaitu diri manusia sendiri.

Mantra Sthiti : OM, Sa Ba Ta A I Na Ma Ci Wa Ya, OM Ang Ung Mang.
Makna yang terkandung dalam mantra sthiti adalah : semoga dalam perjalanan hidupmu kamu
dapat mengalahkan dan mengendalikan musuh-musuh yang ada dalam dirimu (nafsu), sehingga kamu bisa menjadi Ciwa, tidak hanya sekedar nama. Disini aksara Sa (prakrti) diletakkan di depan dan paling berperan dalam membawa A(Brahma/manusia) menuju kepada I (Iswara). Prakrti (Sa) dituntun oleh Roh/Gusti (Ba) dan digerakkan oleh pikiran/kaula (Ta) agar manusia (A) dapat mencapai Iswara (I).Triaksara juga berganti posisi yaitu Ang didepan menggantikan posisi Mang. Sedangkan Ung tetap ditengah sebagai jembatan/antara keduanya dan harus ditemukan lebih dulu oleh Ang (Brahma) barulah dia (manusia) bisa ketemu dengan Mang (Iswara).

Mantra Pralina : OM, A Ta Sa Ba I Ci Wa Na Ma Ya, OM Ung Ang Mang.
Makna yang terkandung dalam mantra ini adalah : kamu (manusia) betul-betul sudah dapat mengalahkan dan mengendalikan dirimu sendiri (nafsu/ego) dan kamu betul-betul sebagai Ciwa kembali kepada Iswara. dalam kembali kepada Iswara. Triaksara juga berganti posisi Ung berada di depan, Ang di tengah dan Mang dibelakang sebagai tujuan akhir. Ketika usia manusia dikatakan tua, kekuatan energinya sudah tinggal sedikit, phisik sudh rapuh, manusia (A) mulai ditinggalkan oleh pikirannya/kesadarannya (Ta), sehingga prakrtinya (Sa) tidak berfungsi lagi dan akhirnya Roh (Ba) ikut dengan pikiran (Ta) menuju Iswara (I). Disini tergantung dari : apabila Ang bisa menemukan Ung, maka A (Brahma/manusia) bisa mencapai I (Iswara), dan manusianya betul-betul disebut Ciwa. Sebaliknya bila Ang tidak bisa menemukan Ung, maka A (Brahma/manusia) tidak bisa mencapai I (Iswara), dan manusianya tidak dapat disebut Ciwa. Maka dari itu, kendalikanlah pikiran karena dia sangat liar bagaikan angin bergerak kesana kesini dan karena pikiran juga menusia mengalami dualisme.

Selanjutnya kita kaji Triaksara yang merupakan simbol dari Trimurti yaitu perwujudan dari Tuhan dalam fungsinya mencipta, memelihara dan memralina. Untuk itu marilah kita hayati bait mantra Pranayama Adhi yang terdapat dalam kitab Weda Parikrama Bab IV halaman 123 hasil tulisan G. Pudja,MA. berbunyi sebagai berikut :

Om Am Atmaya Brahma Murtyai namah (1)
Om Um Antar Atmaya Wisnu Murtyai namah (2)
Om Mam Parama Atmaya Icwara Murtyai namah (3)
Om Um Rah Phat astraya namah sarwa winacaya swaha. (4)

Baris pertama dari matra tersebut menyebut Brahma dan tempatnya di pusar, baris kedua menyebut Wisnu tempatnya di dada, bait ketiga menyebut Icwara tempatnya di kepala, ini disebut Triloka dalam bhuana alit (diri manusia) dan bait keempat menyebut Um Rah Phat sebagai pembersih kotoran/mala yang melekat pada badan.

Betulkah Brahma ada pada pusar? Marilah kita kaji apa yang disebutkan dalam Bhagavadgita Bab XIV sloka (3) :
mama yonir mahad brahma
tasmin garbham dadhamy aham,
sambhavah sarvabhutanam
tato bhavati bharata.

Artinya : kandungan-Ku adalah Brahma Yang Esa, di dalamnya Aku letakkan benih, dan dari
sanalah terlahir semua mahluk, wahai Barata.

Kita ketahui, bahwa dalam badan manusia (laki-aki dan perempuan) adalah benih yang disebut
sperma dan sel telor. Bersatunya sperma (kama putih) dengan sel telor (kama bang) terciptalah
janin dalam kandungan seorang ibu dan selanjutnya lahir sebagai manusia. Yang menjadi
pertanyaan disini adalah, apakah wujud Brahma dalam melakukan hubungan penyatuan antara
kama putih dan kama bang? Jawabannya adalah manusia. Selanjutnya, dalam proses memelihara bayi tersebut dari memandikan, menyusui, menimang dan sebagainya dalam arti
menjalankan fungsinya Wisnu, wujudnya juga manusia. Demikian juga, ketika manusia melakukan perbuatan seperti : membunuh, merusak, menghancurkan, itulah Ciwa yang wujudnya juga manusia. Ini berarti, bahwa yang mengimplementasikan fungsi Tri Murti adalah manusia. Maka dari itu, sebagai manusia kita harus sadar sesadar-sadarnya, bahwa manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna di bawah Dia. Manusia lahir dikawal oleh dewata nawa sanga, ini berarti bahwa manusia keberadaanya di atas dewata nawa sanga. Akan tetapi bagi manusia yang tidak menyadari dan tidak mencari diri-Nya di dalam dirinya, maka mereka akan memposisikan diri dibawah dewa, bethara, leluhur dan bahkan bersekutu dengan setan. Itulah manusia yang sangat ditentukan oleh pikirannya (ego).


Selasa, 26 November 2013

CATUR MARGA



CATUR MARGA
EMPAT JALAN MENUJU TUHAN

I PENDAHULUAN
Berdasarkan dasar ajaran agama Hindu Panca Sradha, kita mengenal ajaran Moksa yang mempunyai makna kembalinya roh individu kepada Tuhan Yang Maha Pencipta. Dalam usaha perjalanan manusia menuju kepada Tuhan, ada empat jalan yang harus ditempuh yaitu Catur Marga. Catur artinya empat dan Marga artinya jalan. Jadi Catur Marga artinya: empat jalan yang harus ditempuh dalam usaha manusia menuju kepada Tuhan Sang Maha Pencipta. Empat jalan tersebut adalah Karma Marga, Bhakti Marga, Jnana Marga, dan Raja Marga.

MANTRA GAYATRI

 GAYATRI MANTRAM
FUNGSI DAN BERKAHNYA BAGI YANG MENGUCAPKAN

OM AWIGHNAM ASTU NAMO SIDDHAM
Sudah banyak diantara umat Hindu yang mengenal dan hafal mantra Gayatri, namun
belum semua diantara yang hafal dan mengenal mantra Gayatri mengetahui apa saja
kegunaan dari mantra yang sangat universal ini dan dianggap sebagai ibunya mantra.
Untuk itu saya mencoba menyampaikan sedikit pengalaman mempergunakan mantra
Gayatri dalam kehidupan sehari-hari dan dampak sampingan bagi kita untuk
meningkatkan tingkat spiritual masing-masing.
Sebelumnya, perlu diketahui yang lebih penting dari pada itu adalah pemahaman tentang
keberadaan diri kita sendiri yaitu bahwa kita lahir ke dunia bukanlah seorang diri. Secara
kodrat sudah ditentukan bahwa manusia itu lahir ke dunia bersama dengan delapan
saudara kembarnya sehingga menjadi sembilan dengan dirinya. Empat berada di luar diri
manusia dan lima berada di dalam diri manusia yang dikenal dengan sebutan “sedulur
papat kelima pancer”. Sedulur papat kelima pancer ini adalah merupakan kunci utama
dari berhasil atau tidaknya seseorang mengarungi kehidupan di dunia ini dan di dunia
kelanggengan. Ketika kita mau makan, berangkat kerja, sembahyang dan sebagainya kita
harus mengajak mereka bersama-sama, agar kita dijaga dari hal-hal yang tidak kita
inginkan.

1. BUNYI MANTRA GAYATRI
OM BHUR BUWAH SWAH
(Ya Tuhan, Engkau penguasa alam nyata, alam gaib, alam maha gaib)
TAT SAWITUR WARENYAM
(Engkaulah satu-satunya yang patut hamba sembah)
BHARGO DEWASYA DHIMAHI
(Engkaulah tujuan hamba dalam semadhi)
DHIYO YO NAH PRACODAYAT
(Terangilah jiwa hamba agar hamba berada dijalan yang lurus menuju Engkau)

2. MANTRA GAYATRI UNTUK MENGAGUNGKAN DAN MENYEMBAH
TUHAN
Dengan mengucapkan mantra Gayatri secara berulang-ulang minimal 108 kali sesering
mungkin untuk mengagungkan, menyembah Dia, maka kita akan memperolah
ketenangan jiwa dan pikiran, caranya :
Ucapkan pertama Om Awignham Astu Namo Siddham sebelum kita memulai suatu
pekerjaan. Selanjutnya ajak saudara kita untuk sembahyang : Sedulurku papat kelima
pancer, kakang kawah adi ari-ari kang lahir tunggal dine, tunggal dalam kadangku,
tuwo lan sinom podo, mari kita sama-sama menyembah kehadapan Ida Sang Hyang
Widhi Waca. Ucapkan OM TAT SAT EKAM EVA ADWITYAM BRAHMAN,
selanjutnya japa gayatri dengan khusuk.

3. MANTRA GAYATRI UNTUK MEMBUKA TUJUH CAKRA UTAMA YANG ADA
DALAM DIRI MANUSIA, DIBANTU PRANAYAMA DAN DAGDI KARANA
Dengan melakukan pranayama adi pada waktu pagi atau malam hari dengan cara :
Duduk bersila, pakaian agak longgar, alas duduk yang empuk lakukan:
a. Tarik nafas yang dalam dengan cepat langsung ditaruh diperut bagian bawah/puser,
tahan sebentar sambil baca mantra dalam hati OM Ang Atmaya Brahma murtyayai
namah.
b. Nafas dinaikkan ke dada ditahan sebentar sambil baca mantradalam hati: OM Ung
Antaratmaya Wisnu Murtyayai namah
c. Nafas dinaikkan ke kepala dan ditahan semampunya dan jangan memaksakan,
sambil ucapkan mantra dalam hati: OM Mang Paramaatmaya Iswara murtyayai
namah
d. Nafas dibuang perlahan dengan mengucapkan mantra dalam hati: Om Ung Rah Pat
astraya namah sarwa winasaya swaha.
e. Lakukan dengan sabar dan ulangi beberapa kali semampunya. Kalau capek bisa
istirahat sebentar.
f. Setelah melakukan pranayama adi, lakukan dagdi karana yaitu posisi tetap duduk
bersila lalu ucapkan mantra :
OM Sariram kundam ityuktan
(Ya Tuhan, semoga engkau jadikan tubuh ini bagaikan tungku api)
Triyantah karanam indhanam
(yang sanggup membakar ketiga dunia dalam tubuh ini)
Sapta Ongkara mayo bahnir
(menjadikan tujuh Ongkara/cakra yang ada dalam tubuh hamba menjadi terbuka)
Bojananta udindhitah
(sehingga dapat menyimpan kekuatan prana)
OM Ang astra Kala Agni Rudra ya namah swaha
(Ya Tuhan, atas restumu semoga Api Rudra yang rahasia hadir dalam tubuh hamba)
Bayangkan diri kita seakan-akan berada di tengah-tengah gungungan api.
Setelah beberapa saat, ucapkan Amerta Mantra ;
OM Hram hrim sah Paramaciwa Raditya ya nama swaha
OM Ung Rah Phat astra ya namah.
Bayangkan ada tirta amerta yang mengguyur kepala kita terus mengalir keseluruh
tubuh melalui tulang belakang.
g. Teruskan japa Gayatri Mantram 108 kali.
Lebih banyak akan lebih bagus hasilnya.

4. MANTRA GAYATRI UNTUK MENDOAKAN PARA BHETARE DAN LELUHUR
KITA
Bhetare yang duduk di sebuah pure, dulunya adalah manusia sama seperti kita.
Bedanya, beliau pada waktu hidupnya sudah mempelajari, mengamalkan weda
sehingga mencapai tingkat kesucian tertentu menurut kaca mata Tuhan dan diijinkan
untuk menjadi Bhetare (pelindung). Contohnya : Mpu Gnijaya.
Terhadap beliau kita tidak perlu menyembah, akan tetapi mendoakan beliau, karena
beliau belum mencapai tahapan puncak yaitu Aham Brahman Asmi (artinya masih
bertugas/beryadnya sebagai pelindung). Caranya :
Ya Tuhan yang Maha Sempurna, semoga Engkau menganugrahkan kesempurnaan
yang sejati ya sejatinya sampurna kepada Bhetare yang duduk di pure ini (atau sebut
nama purenya). Hamba hadiahkan Gayatri Mantram 108 kepada beliau. Lakukan
japa.
Bagi yang frekwensinya sudah nyambung, Bhetare akan hadir melalui penglihatan
mata bathin.
Kepada para leluhur, orang tua (almarhum) dapat dilakukan sebagai berikut :
Ya Tuhan Yang Maha Pengampun, semoga engkau mengampuni segala dosa dari
para leluhur hamba, atau almarhum kedua orang tua hamba (sebut namanya),
berikanlah tempat yang layak kepada mereka. Hamba hadiahkan Gayatri Mantram
108 untuk beliau. Leluhur yang kita doakan biasanya akan hadir dalam mimpi.

5. GAYATRI MANTRAM DIUCAPKAN PADA SAAT KITA MAU BERANGKAT
KERJA, MELIWATI TEMPAT-TEMPAT YANG ANGKER DAN
MENAKUTKAN
Ketika kita mau berangkat kerja atau berniat pergi kesuatu tempat, sebelum
melangkah keluar dari pintu rumah ada tata krama yang perlu dilakukan demi
keselamatan kita di jalan, apalagi ketika pada malam hari kita melewati tempat yang
angker. Caranya :
Sebelum keluar dari pintu utama rumah, kita berdiri dibawah pintu, tarik nafas dalam,
jari telunjuk melintang di depan kedua lobang hidung, hembuskan nafas lalu rasakan,
lobang mana yang terasa lebih kencang keluarnya udara. Kalau lobang sebelah kanan
yang terasa lebih kencang, maka kaki yang duluan melangkah adalah kaki kanan.
Kalau lobang sebelah kiri yang terasa lebih kencang, maka kaki yang duluan
melangkah adalah kaki kiri. Kalau kedua-duanya sama, maka kaki yang duluan
melangkah terserah kita.
Sebelum kita melangkahkan kaki, maka sebaiknya kita harus mengajak saudara kita :
Sedulurku papat kelima pancer, kakang kawah adi ari-ari kang lahir tunggal dina,
tunggal dalam kadangku, tuwo lan sinom podo, mari kita sama-sama berangkat ke ….
Jagalah aku dalam perjalanan.
Ucapkan Gayatri Mantram 7 kali. Baru melangkahkan kaki sesuai dengan hasil yang
diperolah tadi.
Apabila kita merasa ketakutan ketika melewati suatu tempat, kita tinggal
mengucapkan Gayatri Mantram saja.
Didalam kita mengucapkan Gayatri Mantram, jumlah bait yang diucapkan tergantung
untuk apa kita bergayatri mantram, Bila kita memohon pertolongan dari Tuhan, kita
ucapkan gayatri mantram sebanyak 7 kali (pitulungan), 77 kali atau 777 kali.
Bila kita memohon kesempurnaan kepada Tuhan, maka kita ucapkan gayatri mantram
sebanyak 9 kali (sempurna), 99 kali atau 999 kali.
Bila kita memohon jalan yang sukses atas suatu kegiatan/upacara, maka kita ucapkan
gayatri mantram sebanyak 11 kali (pintu gerbang), 111 kali atau 1111 kali.

6. GAYATRI MANTRAM UNTUK MENDOAKAN ORANG YANG SEDANG
SAKIT.
Kepada orang yang sedang dicoba oleh Tuhan dengan memberikan penyakit, maka
dengan mantra Gayatri kita bias membantu untuk memohon kesembuhan dari Yang
Maha Menyembuhkan. Caranya :
Ya Tuhan Yang Maha Menyembuhkan, semoga Engkau anugrahkan kesembuhan
kepada ……(sebutkan namanya) lalu panggil saudaranya yang sakit; sedulur papat
kelima pancer si jabang bayi …….(sebut namanya yang sakit), bantulah saudaramu
yang sedng sakit supaya sehat. Barulah berjapa Gayatri sebanyak 77 kali atau 777
kali. Bila perlu, lebih bagus lagi dibantu dengan sarana air putih. Setelah selesai air
putih diminumkan dn dibalurkan kebadan yang sakit. Dalam hal ini, pemohon harus
dalam konsentrai penuh. Bagi yang sudah bisa menerima sinyal/petunjuk dari gaib,
maka gambar yang terlihat oleh mata bhatin; bias orang yang sakit tersenyum sehat,
bias sinar terang, ini artinya orang yang sedang sakit akan dianugrahkan kesembuhan.
Kalau gambar yang diterima dari gaib berupa kuburan atau kobaran api yang
membakar sesuatu, ini petunjuk bahwa memang sakit ini adalah jalannya untuk
meninggal. Namun tanda apapun yang diterima itu hanya untuk sendiri, jangan dulu
disampaikan kepada orang lain, tidak boleh mendahului kehendak Tuhan.

PENUTUP
Gayatri Mantram adalah sebuah mantra yang khadamnya adalah kekuatan Ida Sang
Hyang Widhi Wasa, sangat tergantung dari tingkat kesucian pikiran dan hati dari yang
mengucapkannya. Walaupun sepuluh orang sama-sama mengucapkan mantra Gayatri,
tapi hasil tidak akan sama tergantung kesucian hati dan pikiran masing-masing.
Namun demikian, dengan lebih sering berjapa Gayatri Mantram kita akan sedikit demi
sedikit dapat mencapai kesucian itu. Teruslah berjapa dan jangan pernah bosan. Lambat
tapi pasti, ketenangan jiwa akan mulai terasa. Sabar, sabar, dan sabar, karena sabar itulah
kunci dari kesuksesan kita.

OM SANTI SANTI SANTI OM
Depok, November 2004
GELSANA

Rabu, 20 November 2013

Ajaran AJI SAKA dalam perspektif HINDU

Makna Huruf HANACARAKA

Ana berarti ”ada”, 
Caraka berarti ”utusan” (manusia), 
Data berarti ”macam” (sifatnya), 
Sawala berarti ”berlawanan/kontradiksi”, 
Padajayanya berarti ”sama-sama saktinya”, 
Maga berarti ”semoga”, Batanga berarti ”watang/mati”.

Bila kata-kata tersebut kita sambungkan maka akan menghasilkan sebuah kalimat yang mempunyai makna yaitu : Ada utusan (manusia) ciptaan Yang Maha Kuasa, mempunyai sifat yang selalu berlawanan (kontradiksi), mempunyai kesaktian yang sama, semoga kamu mati. Utusan yang dimaksud adalah manusiaa yang dalam dirinya bersemayam Roh Kudus (Saksi yang Agung/Gusti) yang berdiam di jantung dan Jiwa perorangan (intelek/pikiran/kaula) yang ada di kepala. 

Dikatakan mempunyai sifat yang saling berlawanan, karena Roh/Gusti tidak terikat/terpengaruh oleh karma perbuata manusia, sedangkan jiwa pribadi (kaula) sangat dipengaruhi oleh perbuatan (Panca Indria) manusia dan di Bali dikenal sebagai Omkara ngadeg dan Omkara sungsang. 
Dikatakan mempunyai kesaktian yang sama karena dua-duanya berasal dari satu sumber yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Untuk menghilangkan dualisme tersebut dan menyatukan kaula dengan Gustinya, manusia harus bisa menjadi orang yang mati (batang/watang), maksudnya manusia harus dapat mematikan nafsu (ego) sehingga terbebas dari keterikatan duniawi, terbebas dari sifat dualisme baik dan buruk, panas dan dingin, dan sebagainya. 
Apabila nafsu pribadi sudah berhasil dimatikan, maka sang kaula menyerah sama Gustinya dan Gustilah sekarang yang berkuasa. Setiap gerak langkah manusia akan ditentukan oleh Gustinya dan sang kaula hanya berserah diri mengikuti apa yang dikehendaki sang Gusti, kaula sudah melebur dirinya menyatu dengan Gustinya, inilah yang disebut manunggaling kula dengan Gusti. 
Mati dalam istilah lainnya dalam Hindu adalah ISWARA PRANI DANA yaitu totalitas “penyerahan diri” semata-mata hanya kepada Tuhan Yang Maha Pencipta. 
Berbuatlah karena kita harus bebuat atas kehendak-Nya, bukan karena pahala

INTISARI BHAGAWAD GITA



BHAGAWADGITAsejatinya merupakan dialog antara jiwa(diri pribadi) dengan Brahman(Tuhan) yang ada dalam diri kita sendiri. Kegalauan Arjuna mewakili kegalauan diri kita sendiri tentang tugas dan kewajiban. Ketika kita bimbang, ragu kemanakah kita harus bertanya ??Arjuna bertanya kepada Krisna, namun setiap orang memiliki Krisna dalam dirinya yaitu percikan Brahman dalam diri yang disebut Atman. sosok Krisna bukanlah Tuhan, Dia adalah WAKIL TUHAN dalam menyampaikan ajaran Ketuhanan. Ketika WEDA menjadi semakin BIAS dengan pemujaan dewa-dewa, maka diturunkanlah Bhagawadgitha sebagai pancama weda yang mengupas tentang Ketuhanan.



I.        DEWA BUKAN MANIFESTASI TUHAN
VII.24
Orang yang picik pengertian beranggapan 
Aku yang tak berbentuk seperti termanifestasikan 
Tidak mengetahui sifatKu yang kekal abadi 
Tidak berubah-ubah, Yang Maha Tertinggi
VII.25 
Terselubungi oleh kekuatan cipta mayaKu
Aku tidak kelihatan bagi semua
Dunia yang kacau ini tidak mengetahui  Aku
Yang tidak terlahirkan dan tidak pernah sirna 

Dari kedua sloka Bhagawadgita tersebut dijelaskan bahwa Brahman Yang Esa tidak termanifestasikan.Anggapan masyarakat selama ini bahwa Tuhan termanifestasikan dalam Dewa, Bethara, Leluhur.Padahal dalam weda sudah jelas sekali disebutkan bahwa dewa adalah CIPTAAN Tuhan yang memiliki tugas masing-masing.Ibarat Presiden yang membagi pekerjaan kepada menteri-menteri nya. JIka kita menyembah Tuhan dalam manifestasinya, maka kita sama saja menyembah semua ciptaanNya, alam semesta ini adalah manifestasiNya.  Menyembah sesama ciptaan Tuhan ibarat JERUK makan JERUK.Kita selalu lupa bahwa dalam diri manusia terdapat Atman sebagai percikan terkecil dr Brahman.

Kamis, 14 November 2013

TAPA BRATA YOGA SEMADHI




TAPA
Regweda IX.83.1
Orang tidak bisa menyadari Tuhan yang Maha Esa, Yang Maha Agung, tanpa melaksanakan tapa

Regweda XIX.83.1
Orang yang tanpa menjalankan tapa (pengekangan diri) yang keras, tidak dapat menyadari Tuhan Yang Maha Esa.

Atharwaweda XI.8.2
Tapa dan keteguhan hati adalah satu-satunya juru selamat di dunia yang mengerikan

Atharwaweda VII.61.2
Ya Tuhan Yang Maha Esa, kami melaksanakan tapa (pengekangan diri) yang bersifat bhatiniah (mental) dan jasmaniah (fisik). Semoga kami mencapai usia panjang dan menjadi cerdas dengan mempelajari Weda

JALAN MENUJU TUHAN



Atharwaweda XX.92.18
Tak seorangpun bisa mencapai Tuhan Yang maha Esa Yang Maha Agung melalui tindakan/perbuatan. (Dia dibayangkan / divisualisasikan dengan sarana pengetahuan)

Dimaksudkan dengan tindakan/perbuatan adalah yang bersifat lahiriah (materialisme) seperti melaksanakan upacara yadnya dengan berbagai macam sesaji.

Atharwaweda VII.8.1 mengatakan :
Semoga engkau lebih menyukai jalan kerohanian daripada jalan keduniawian (materialisme)

Unsur manusia (DUALITAS)



Regweda VIII.71.11 menjelaskan
Tuhan Yang Maha Esa memanggil khusuk para dewata. Dia adalah sumber kebahagiaan yang menghuni hati semua manusia. Dia adalah abadi. Dia berdiam di dalam diri manusia dengan dua bentuk, satu sebagai Tuhan dan dua sebagai jiwa perseorangan (Atma).

Regweda I.164.20
Ada dua ekor burung (yaitu jiwa Individual dan Jiwa Agung) yang dipersatukan dengan ikatan persahabatan, bertempat tinggal di atas pohon yang sama (yaitu dunia material). Salah satu dari mereka (Yaitu Jiwa Indiviadual) menikmati buah matang yang manis (yaitu hasil-hasil / akibat-akibat perbuatannya), sedangkan yang lainnya (yaitu Jiwa yang Agung) menyaksikan segalanya tanpa menikmati buah-buahnya (yaitu tak terpengaruh oleh hasil dari perbuatan itu).

Unsur penciptaan (TRINITAS)



Regweda X.48.5
Kami adalah sang Jiwa-Teragung (Parama Atma). Kami tak terkalahkan.
Ayat weda ini menyebutkan bahwa Tuhan Yang Maha Esa juga disebuat sebagai Parama Atma (Jiwa teragung).

Atharwaweda X.8.44
Jiwatman adalah tanpa nafsu, bijaksana, kekal, berwujud sendiri, berbahagia, dan sempurna dalam segala hal.
Ayat weda ini menyebutkan bahwa Tuhan dalam diri disebut sebagai Jiwatma (Jiwa yang Agung)

Atharwaweda X.8.27
Jiwa individual, pada waktu kelahiran kembali, mengambil bentuk wanita, pria, anak-anak atau bayi
Ayat weda ini menjelaskan bahwa jiwa individual (jiwa pribadi) manusia lah yang mengalami kelajiran kembali (reinkarnasi) yang kita sebut atma.

Inilah yang disebut tiga kenyataan yang kekal (abadi) yaitu Brahman Yang Esa (Jiwa Teragung/Parama Atman/tuhan yang Tak Terbatas), Brahman dalam diri (Jiwa yang agung/Jiwatma/Tuhan Yang Terbatas) dan jiwa pribadi (atma). Hal ini sudah disimbolkan dalam tiga aksara suci yaitu  Ang Ung Mang. Ang sebagai symbol atma (jiwa pribadi) Ung sebagai symbol jiwatma (brahman dalam diri) dan Mang sebagai symbol Paramatma (Brahman yang Agung). Ang harus ketemu dengan Ung dulu baru bisa bertemu dengan Mang sehingga terciptalah AUM atau OM.
Apapun agama yang diturunkan TRINITAS ini adalah abadi. Dalam Agama Kristen dikenal dengan istilah Yesus, Roh Kudus dan Bapa di Surga. Dalam Agama islam disebut dengan Allah, Nur Muhhamad dan Muhammad.

Jadi kita ibaratkan Tuhan yang Esa setelah menciptakan alam semesta beserta isinya, petugas2 (dewa2) dan pemain (atman dan jiwatman) saat ini sudah PENSIUN. Karena semua tugas sudah diserahkan kepada wakilNya di dunia yang mengurusi masing2 orang yaitu Tuhan dalam diri (Tuhan Yang Terbatas).

Weda menjelaskan keberadaan Tuhan



Regweda I.164.31 mengatakan :
Tuhan Yang Maha Esa meliputi alam semesta

Atharwaweda X.7.35
Brahman Skambha meliputi seluruh alam-semesta

Regweda VIII.58.2 mengatakan :
Tuhan Yang Maha Esa adalah satu. Dia mengambil setiap bentuk di alam semesta

Regweda I.164.20
Tuhan yang Maha Esa hanya menyaksikan tindakan-tindakan (perbuatan-perbuatan) dari semuanya. Dia tidak mengalami sebab-akibat dr suatu tindakannya itu.
Ayat weda ini menyebutkan bahwa Tuhan yang Esa ibarat sudah PENSIUN

Regweda X.48.5
Kami adalah sang Jiwa-Teragung (Parama Atma). Kami tak terkalahkan.
Ayat weda ini menyebutkan bahwa Tuhan Yang Maha Esa juga disebuat sebagai Parama Atma (Jiwa teragung).

Atharwaweda XI.8.30 mengatakan :
Sang Hyang Widhi Wasa memasuki tubuh manusia dan Dia menjadi raja di tubuh itu

Regweda X.82.7 mengatakan :
Tuhan Yang Maha Esa ada di dalam hatimu

Regweda VI.9.4
Jiwa yang kekal (abadi) ini berdiam di dalam tubuh manusia

Atharwaweda II.1.1
Orang bijaksana yang suci membayangkan (memvisualisasikan) Tuhan Yang Maha Esa yang berdiam di dalam hati

Ataharwaweda X.8.26
Dewa yang kekal dan bertuah ini (yaitu Sang Jiwa Agung) bertempat tinggal di dalam tubuh manusia yang fana

Dari ayat weda diatas jelas disebutkan bahwa ada Tuhan Yang Esa (Yang Maha Tak Terbatas / Impersonal God / Nirguna Brahman) dan ada Tuhan dalam diri (Tuhan Yang Terbatas / Personal God / Saguna Brahman). Tuhan Yang Esa yang mengurusi seluruh alam semesta sedangkan Tuhan Dalam Diri hanya mengurusi masing2 manusia itu sendiri. Jadi dialah yang menjadi saksi dari setiap perbuatan dan mendengarkan setiap doa yang kita panjatkan.

Siapakah yang kita puja??



Regweda X.121.2
Tuhan Yang Maha Esa memberikan kekuatan spiritual (Rohani) dan kekuatan jasmani (fisik). Semua para dewa mematuhi perintah-perintahNya. Kebaikan hati_nya adalah keabadian dan kemarahan Nya adalah kematian. Kami menghaturkan persembahan kepada Nya.

Yayurweda XXVI.3 (GAYATRI)
Ya Tuhan Yang Maha Esa, Sang Hyang Widhi Wasa, Engkau adalah sumber kehidupan, sumber kecerdasan, dan sumber kebahagiaan, pencipta alam semesta. Kami memuja kilauan_Mu yang bercahaya. Kami mohon bersedialah Engkau memberikan tuntunan yang benar kepada kecerdasan budi pekerti kami.

Kalo sudah disediakan jalan lurus menuju Tuhan untuk apa kita mencari jalan berliku-liku. MANTRA pemujaan Tuhan sudah disediakan yaitu GAYATRI. Weda memang sangat universal karena weda itu ayat2 suci yang dihimpun dari berbagai persraman yang berkembang pada jaman itu dengan berbagai tingkat pemikiran dan kesucian resi yang berbeda. Mungkin ada mantra untuk menyembah dewa atau leluhur tapi semua itu sudah dijelaskan kembali dalam Bhagawadgita :

BG.IX. 25
Yang memuja dewata pergi ke dewata
Kepada leluhur perginya yang memuja leluhur mereka
Dan kepada roh alam perginya yang memuja roh alam
Tetapi mereka yang memuja Aku, datang kepadaKu

Kalo dewa atau bethara itu merupakan Tuhan kenapa kita tidak cukup sekali saja melakukan persembahyangan. Apakah Tuhan di pura A berbeda dengan Tuhan di pura B. Apakah kalau kita sembahyang di pura A maka Tuhan di pura B akan marah jika kita tdk kesana. Yang marah itu bukan Tuhan tapi ghaib yang ada di masing2 pura itu. Ghaib itulah yg membutuhkan sesaji kita karena mereka dulunya juga manusia seperti : Ratu Niang sakti, Ratu Gede Dalem Ped.

Ketika Arjuna bertanya Tuhan Mana yang lebih baik disembah, Krisna mengatakan lebih baik memuja Tuhan yang termanifestasikan. Krisna menyebutkan perwujudan Tuhan yang utama yaitu "Aku adalah jiwa dalam setiap insan"

Regweda VIII.71.11 menjelaskan
Tuhan Yang Maha Esa memanggil khusuk para dewata. Dia adalah sumber kebahagiaan yang menghuni hati semua manusia. Dia adalah abadi. Dia berdiam di dalam diri manusia dengan dua bentuk, satu sebagai Tuhan dan dua sebagai jiwa perseorangan (Atma).

Regweda I.164.20
Ada dua ekor burung (yaitu jiwa Individual dan Jiwa Agung) yang dipersatukan dengan ikatan persahabatan, bertempat tinggal di atas pohon yang sama (yaitu dunia material). Salah satu dari mereka (Yaitu Jiwa Indiviadual) menikmati buah matang yang manis (yaitu hasil-hasil / akibat-akibat perbuatannya), sedangkan yang lainnya (yaitu Jiwa yang Agung) menyaksikan segalanya tanpa menikmati buah-buahnya (yaitu tak terpengaruh oleh hasil dari perbuatan itu).